Saat ini dunia perwayangan semakin lama semakin kehilangan penggemar. Hanya segelintir orang saja yang masih mau melihat pertunjukan wayang dan hanya beberapa yang masih peduli terhadap kelestariannya. Kebanyakan anak muda zaman sekarang lebih menyukai kisah Sam Witwicky dan BumbleBee dalam film Transformers daripada menonton pagelaran wayang . Menurut mereka, wayang hanyalah kesenian jaman alit yang sekarang sudah nggak eksis lagi.
Ketika ada pagelaran wayang diadakan di lapangan sebelah yang cukup dekat, para remaja pastinya berbondong-bondong datang. Tapi tentu saja bukan untuk meihat pertunjukan pak dalang dan wayang-wayangnya, melainkan sibuk memilih jajanan yang dijajakan para penjual di sekitar tempat pagelaran. Jadi, ketika wayang sudah dimulai maka lenyaplah para kaum muda-mudi yang sebelumnya berjubel di lapangan. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih setia menonton aksi pak dalang yang lihai memainkan wayang-wayangnya. Kalau ini terus terjadi, maka nantinya wayang hanyalah tinggal cerita. Para dalang lebih memilih hengkang dari negeri ini dan pindah ke luar negeri untuk ikut casting film Transformers supaya lebih terkenal dan tetap menunjukkan eksistensinya.
Di luar negeri, wayang begitu terhormat. Masyarakat luar negeri mengagumi kesenian indah ini. Contohnya adalah pagelaran wayang Babat Wana Marta di National Gallery of Australia pada 21 Mei 2011 yang memukau warga Canberra ataupun rasa ingin tahu yang sangat besar dari para murid TK Elbovovorte dan SD Heidberg Hamburg saat menonton pagelaran wayang Rama-Sinta di aula KJRI Hamburg . Mereka sangat tertarik dengan wayang. Akan tetapi, kita yang mempunyai wayang ini malah tidak dapat menunjukkan rasa tertarik. Ciri khas orang Indonesia itu baru memperhatikan budayanya ketika sudah diklaim milik negara lain. Bener nggak, tuh? Nah, tentunya kita nggak mau kan semua warisan budaya kita yang unik dan berharga ini jadi milik negara lain. So, sebaiknya sekarang kita mulai belajar mencintai Arjuna daripada BumbleBee.(kk)
0 komentar:
Posting Komentar