Berharap: Bapak Suparji melihat gerabah-gerabahnya
Pembuatan gerabah ini memerlukan waktu 15 hari atau bahkan lebih. Yang paling lama dalam proses ini adalah penjemuran. Dalam pembuatan gerabah, Bapak Suraji dibantu oleh Erna, putrinya. Usaha pembuatan gerabah ini merupakan usaha yang diturunkan dari orang tua Bapak Suraji. Para pembelinyapun tetap banyak hingga sekarang. BIasanya para pembeli itu merupakan pemilik warung-warung makan kecil yang lebih suka menggunakan angklo, sejenis kompor dari tanah liat yang berbahan bakar arang. Harga satu angklo adalah Rp3000,00. Jika banjir pesanan maka Bapak Suraji akan mendapat banyak untung. Selain angklo, beliau juga mebuat lemper, dan pot untuk bunga anggrek.
Ketika menghadapi kesulitan-kesulitan dalam produksi gerabah, belum sekalipun usaha Bapak Suraji mendapatkan bantuan dari pemerintah. Rumah di samping Bapak Suraji yang juga menggeluti usaha gerabah telah mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam segi permodalan maupun teknis. Hal itu sangat disayangkan oleh Bapak suraji. “Sama-sama usaha, tapi Cuma kami yang tak dapat bantuan,” begitu tutur Bapak Suraji. Bapak Suraji sangat mengharapkan pemerintah memberika perhatian terhadap usahanya. Kalau kesulitan dalam bahan baku ini tidak cepat teratasi, maka Bapak Suraji bisa memastikan usahanya akan berhenti. Beliau juga belum tahu akan bekerja apa sesudah ini. Keahlian Bapak Suraji hanyalah membuat gerabah. Semoga usaha pemerintah lebih memperhatikan usaha-usaha kecil yang menjadi penopang hidup masyarakatnya. (kk).
0 komentar:
Posting Komentar