Rabu, 21 Maret 2012

Sehari Dua Ton Gula

0 komentar
Sudah siap: Gula-gula ini sudah siap di pasarkan





            KEDIRI- Terlihat asap hitam mengepul  di salah satu rumah di daerah Slumbung, Ngadiluwih. Bukan kebakaran melainkan asap yang keluar dari pembakaran usaha gula merah milik Haji Abdul Malik. Saat ditemui kemarin (21/03), Haji Abdul Malik tidak ada di tempat. Di rumah itu hanya ada sang istri yaitu HAjjah Umi Kulsum. Wanita yang akrab dipanggil Bu Haji inilah yang menuturkan kepada kami (tim Journalist Blog Contest Manda) tentang pengelolaan usaha gula merah ini. Menurut beliau, usaha gula merah ini sudah ada sejak tahun 80-an. Awalnya, Bu Haji dan suaminya hanya meneruskan usaha milik kedua orang tuanya. Kini, anak merekalah yang ganti meneruskan usaha ini.
            Setiap harinya, sekitar 20 karyawan yang bekerja ini sudah memulai akivitas di lokasi pembuatan yang ada tepat di belakang rumah Haji Abdul Malik pada pukul 6 pagi. Mereka semua telah di bagi bagi dalam pekerjaan. Ada yang bekerja di bagian penggilingan tebu, proses pemasakan, pencetakan, serta pengemasan. Bahan baku yang terbuat dari tebu ini seperti yang telah dikatakan Bu Haji didapatkan dari daerah-daerah di Kediri dan sekitarnya seperti Tulungangung, Ngadiluwih, Kras, dan Kandat. Tebu ini kemudian digiling lalu direbus selama tiga jam. Setelah air tebu sudah sangat kental barulah adonan ini dicetak ke dalam tempurung kelapa yang sudah dipotong menjadi setengah lingkaran. Setiap hari, usaha gula merah ini memproduksi sekitar 2 ton gula merah setiap harinya. Untuk penjualannya sendiri, gula merah ini didistribusikan ke daerah Surabaya, Purwokerto, dan daerah-daerah lain di Kediri dan sekitarnya. Pembeli tebu-tebu ini adalah pemborong yang akan mengecerkan gula tebu ini ke pedagang-pedagang.
            Menurut Bu Haji, usaha gula merah ini tiap bulannya kadang menghasilkan untung yang cukup kadang malah rugi. Ini dikarenakan karena produksi gula merah yang kadang-kadang terhambat. Faktor-faktor yang menghambat  produksi gula tebu ini adalah telatnya penebangan pohon tebu, atau kerusakan yang kadang terjadi pada alat.
            Bu Haji juga menuturkan, usaha gula merah ini berjalan tanpa bantuan dari pemerintah. Banyak wartawan-wartawan dari stasiun televise swasta yang sering mewawancarai Bu Haji tentang usaha yang digelutinya itu. Bu Haji juga tal lupa selalu menyampaikan pesannya yang ditujukan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan usaha ini di akhir wawancara. Tapi hingga sekarang bantuan yang ditunggu tak pernah datang. Sebelum kami pamit pulang, Bu Haji juga mengatakan harapannya terhadap usaha ini. Bu Haji mengharapkan usaha gula merah ini akan terus berjalan dan mendapatkan perhatian dari pemerintah. (kk).

0 komentar:

Posting Komentar