Info MANDA

 

Sabtu, 16 Februari 2013

Banyak Support di Waktu Tryout

0 komentar
KEDIRI- pada hari ini (4/2) MAN Kediri 2 kota Kediri manyelenggarakan tryout DIKNAS pertama yang berlangsung sampai dengan 4 hari mendatang. Kegiatan tryout ini dimulai pada pukul 08.00 s/d 10.00 WIB. Tryout yang bertujuan sebagai ajang persiapan para siswa kelas XII dalam menempuh ujian nasional tersebut berlangsung dengan lancar. “perasaannya biasa saja sebab saya sudah mempersiapkan tryout ini dengan jalan mengerjakan soal-soal dan juga mendapat banyak support dari keluarga dan teman-teman” ujar Letysia Citra K.P. salah satu peserta tryout dari kelas XII Ipa 1. Harapan Letysia semoga di tryout ini mendapat nilai yang memuaskan dan dapat membanggakan kedua orang tua. Pendapat yang sama mengenai banyak nya support pada saat tryout ini juga dituturkan oleh Amalia Khoirin N. dari kelas XII Bahasa dan Isnaini Ruli Napsiyah dari kelas XII Agama. Mereka menuturkan bahwa pada saat tryout ini banyak sekali pihak yang antusias mensupport mereka supaya mendapat nilai yang memuaskan.(FTA/AFN/DM) By admin Fita dan admin Afni

Sabtu, 24 Maret 2012

SMAN 1 Kediri, Jawara Esther Putri Lingkungan

0 komentar
 
Berhasil: Para Jawara Esther Putri Lingkungan



KEDIRI-Motto yang dipilih untuk School Contest VI kali ini adalah kreatif, atraktif dan spektakuler sepertinya tidak salah pilih. Seperti yang terlihat dalam Final Pemilihan Esther Putri Lingkungan 2012, para finalis menunjukkan kebolehan masing-masing di hadapan para dewan juri dan pengunjung di  Kediri Grand Ball Room.  12 finalis dari berbagai sekolah ini berlenggak-lenggok layaknya seorang model professional yang sudah lihai bergaya di atas catwalk.  Final Pemelihan Esther Putri Lingkungan hari ini (24/03) dibagi menjadi 4 sesi. 
Sesi pertama, masing-masing finalis tampil secara bergantian dengan mengenakan seragam khas sekolah masing-masing. Selanjutnya para finalis unjuk diri dengan mengenakan kostum daur ulang. Para penonton tampak terpesona melihat kostum-kostum yang digunakan masing-masing finalis. Untuk sesi kostum daur ulang ini, para finalis banyak yang mengenkan kostum dari limbah plastik. Ada yang mengenakan gaun dari plastik bekas makanan ringan, plastik bekas bungkus detergen, bahkan plastik kresek. Para finalis ini terlihat ingin menunjukkan bahwa limbah-limbah plastik yang tidak berguna dapat disulap menjadi pakaian indah dan menarik yang tak kalah dengan pakaian rancangan desainer terkenal. Selain plastic, ada juga yang mengenakan gaun dari kulit jagung, sabut kelapa, dan Koran. Sepatu high heel yang dikenakan sepertinya menjadi kendala bagi beberapa peserta Putri Lingkungan. Terlihat dari beberapa peserta yang hampir tersandung ketika menuruni tangga. Sesi selanjutnya adalah para peserta harus kembali berjalan di catwalk panggung utama dengan mengenakan koleksi batik dari rumah batik Suminar. Bagian terakhir adalah sesi Tanya jawab, yaitu para peserta harus menjawab pertanyaan yang telah disiapkan.
Akhirnya setelah melalui banyak pertimbangan akhirnya juri memutuskan bahwa Jawara Putri Lingkungan adalah Nancy Beauty dari SMAN 1 Kediri. Runner Up 1 diraih oleh Ade Aulia dari SMAN 1 Nganjuk, sedangkan Runner Up 2 diberikan kepada Dian Permatasari dari SMAN 7 Kediri. Gelar Putri Favorit sendiri diraih oleh Risma Faridatus dari MAN 3 Kediri dan gelar Putri Persahabatan didapatkan Olivia Lovena siswi SMAN 2 Nganjuk. (kk)

Maskot Mading Asli Papua

1 komentar
  Asli Papua: Kamal, Maskot mading MTsN 2 Kediri



KEDIRI- Nadia, salah satu anggota kru mading MTsN 2 Kediri tampak bersemangat ketika ditanya tentang madingnya hari ini (24/03). Gadis kelas 8 itu terlihat segar dengan kaos kuning panjang yang dikenakannya. Nadia dan tim madingnya yang berjumlah delapan, mengusung konsep “Papua The Black Pearl’ pada School Contest VI kali ini. Konsep ini diangkat karena salah satu anggota tim mading yaitu Kamal, merupakan cowok asli Kaimana, Papua Barat. Kamal sendiri dijadikan maskot untuk mading tim MtsN 2 Kediri. Wajahnya dihias dengan coreng-moreng cat khas penduduk Papua.Dia juga mengenakan topi berhias bulu-bulu sehingga benar-benar kelihatan sebagai penduduk Papua.
Nadia juga menuturkan bahwa Papua merupakan mutiara Indonesia yang tidak begitu diketahui keindahannya oleh masyarakat umum. Untuk pembuatan mading 3D berbentuk Honai, rumah adat Papua, Nadia dan teman-temannya membutuhkan waktu sekitar satu minggu.  Ketika ditanya pendapatnya mengenai School Contest, dia dan teman-temannya mengaku cukup antusias. Menurutnya kegiatan seperti ini sangat bagus untuk para remaja karena mereka jadi bersemangat menggali serta mempelajari budaya-budaya di Indonesia. (kk).

Jumat, 23 Maret 2012

Gambang Suling Paling Diminati

2 komentar

        SMA Pomosda: Gambang Suling ditembangkan oleh grup Simponi SMA Pomosda


                     KEDIRI-Gambang Suling sepertinya menjadi lagu yang paling sering didengar di pertempuaran para peserta Accoustic Ethnic Contest gelombang pertama kemarin. Ada tiga kelompok yang membawakan lagu daerah asal Jawa Tengah itu. Yang pertama adalah tim dari MAN 3 Kediri dengan pakaian batik bernuansa ungu. Setelah menyanyikan Gambang Suling, sang vokalis mendendangkan tembang Untukmu Seluruh Nafas Ini. Selanjutnya adalah dari SMAN 2 Nganjuk, selain Gambang Suling, tim dari SMAN 2 NGANJUK juga membawakan lagu Laskar Pelangi yang telah diaransemen ulang. Sedangkan yang terakhir adalah dari SMA Pomosda. Tim yang seluruh anggotanya laki-laki ini menyanyikan Gambang Suling, serta sebuah lagu berbahasa Inggris  dengan diiringi alat musik Jawa.
                Yang terlihat mendapat tepuk tangan paling meriah dari penonton kemarin (23/03) adalah SMAN 5 Kediri. Sang vokalis membawakan lagu Ilir-ilir serta lagu Jomblowati yang dipopulerkan oleh SHE. Lagu-lagu yang mereka bawakan telah diaransemen ulang sehingga sangat menarik perhatian pengunjung di Kediri Grand Ball Room. (kk).

Walikota Kediri Resmikan School Contest VI

3 komentar
Pembukaan : Opening Ceremony yang dibuka oleh Wali Kota Kediri

             KEDIRI- Suasana lantai 7 Kediri Mall, tepatnya di Kediri Grand Ball Room tampak sangat ramai hari ini (23/03). Di dalam ruangan sudah ada puluhan mading berjajar, Layaknya sebuah bazar. Para pengunjung tampak terlihat sangat antusias terhadap Opening Party  School Contest VI hari ini. Selain Perang Mading, hari ini juga ada penampilan dari peserta Accoustic Ethnic Contest dan juga peserta ILP’s Got Talent.
            Pukul 09.48 acaranya adalah penampilan 5 tim peserta Accoustic Ethnic Contest. Antara lain dari MAN 3 Kediri, SMAN 5 Kediri, SMA Pomosda, SMAN 2 Nganjuk, dan yang terakhir adalah SMA Pomosda lagi. Para peserta School Contest telihat begitu menikmati keseluruhan acara yang telah disusun oleh panitia.
            Opening party sendiri baru dimulai pukul 13.40. Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya seluruh tamu undangan dan peserta school contest disuguhi berbagai atraksi dance dari berbagai sekolah bertema modern ethnic tentunya. Pukul 14.05 acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari sponsor seperti FLEXI dan HONDA  dan yang terakhir adalah sambutan dari Walikota Kediri, yaitu Bapak Samsul Azhar sekaligus peresmian dibukanya School Contest VI. Hari itu juga di launching FLEXI Mobile Broadbrand. Para peserta Photograph Contest dan Journalist Blog Contest terlihat sibuk mengabadikan setiap kegiatan di opening party. Mereka berlomba-lomba mendapatkan yang terbaik dalam jepretan maupun karya tulis terkait yang dibuat berdasarkan acara hari ini.(kk).

Rabu, 21 Maret 2012

Kerajinan Tenun

0 komentar


Kerajinan Tenun Bandar Kediri


Wawancara dengan Seorang Budayawan

0 komentar


Wawancara dengan Seorang Budayawan Kediri

Sehari Dua Ton Gula

0 komentar
Sudah siap: Gula-gula ini sudah siap di pasarkan





            KEDIRI- Terlihat asap hitam mengepul  di salah satu rumah di daerah Slumbung, Ngadiluwih. Bukan kebakaran melainkan asap yang keluar dari pembakaran usaha gula merah milik Haji Abdul Malik. Saat ditemui kemarin (21/03), Haji Abdul Malik tidak ada di tempat. Di rumah itu hanya ada sang istri yaitu HAjjah Umi Kulsum. Wanita yang akrab dipanggil Bu Haji inilah yang menuturkan kepada kami (tim Journalist Blog Contest Manda) tentang pengelolaan usaha gula merah ini. Menurut beliau, usaha gula merah ini sudah ada sejak tahun 80-an. Awalnya, Bu Haji dan suaminya hanya meneruskan usaha milik kedua orang tuanya. Kini, anak merekalah yang ganti meneruskan usaha ini.
            Setiap harinya, sekitar 20 karyawan yang bekerja ini sudah memulai akivitas di lokasi pembuatan yang ada tepat di belakang rumah Haji Abdul Malik pada pukul 6 pagi. Mereka semua telah di bagi bagi dalam pekerjaan. Ada yang bekerja di bagian penggilingan tebu, proses pemasakan, pencetakan, serta pengemasan. Bahan baku yang terbuat dari tebu ini seperti yang telah dikatakan Bu Haji didapatkan dari daerah-daerah di Kediri dan sekitarnya seperti Tulungangung, Ngadiluwih, Kras, dan Kandat. Tebu ini kemudian digiling lalu direbus selama tiga jam. Setelah air tebu sudah sangat kental barulah adonan ini dicetak ke dalam tempurung kelapa yang sudah dipotong menjadi setengah lingkaran. Setiap hari, usaha gula merah ini memproduksi sekitar 2 ton gula merah setiap harinya. Untuk penjualannya sendiri, gula merah ini didistribusikan ke daerah Surabaya, Purwokerto, dan daerah-daerah lain di Kediri dan sekitarnya. Pembeli tebu-tebu ini adalah pemborong yang akan mengecerkan gula tebu ini ke pedagang-pedagang.
            Menurut Bu Haji, usaha gula merah ini tiap bulannya kadang menghasilkan untung yang cukup kadang malah rugi. Ini dikarenakan karena produksi gula merah yang kadang-kadang terhambat. Faktor-faktor yang menghambat  produksi gula tebu ini adalah telatnya penebangan pohon tebu, atau kerusakan yang kadang terjadi pada alat.
            Bu Haji juga menuturkan, usaha gula merah ini berjalan tanpa bantuan dari pemerintah. Banyak wartawan-wartawan dari stasiun televise swasta yang sering mewawancarai Bu Haji tentang usaha yang digelutinya itu. Bu Haji juga tal lupa selalu menyampaikan pesannya yang ditujukan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan usaha ini di akhir wawancara. Tapi hingga sekarang bantuan yang ditunggu tak pernah datang. Sebelum kami pamit pulang, Bu Haji juga mengatakan harapannya terhadap usaha ini. Bu Haji mengharapkan usaha gula merah ini akan terus berjalan dan mendapatkan perhatian dari pemerintah. (kk).

Kurang Bahan Baku, Terancam Bubar

0 komentar

Berharap: Bapak Suparji melihat gerabah-gerabahnya

             KEDIRI- Sudah sejak tahun 1977 Bapak Suparji menggeluti usaha pembuatan gerabah di daerah Beduk, Ngadiluwih. Ketika ditemui kemarin (21/03), pria paruh baya ini mengenakan kaus putih dan celana pendek hitam. Kepada tim Journalist Blog Contest Manda, Pak Suraji menuturkan susahnya berbisnis gerabah. Faktor cuaca sangat mempengaruhi benda berbahan baku tanah liat atau biasa disebut lempung ini. Cuaca yang kini tak menentu membuat produksi gerabah milik Bapak Suraji terancam bubar. Proses pengeringan sangat penting dalam pembuatan gerabah. Apalagi tanah liat yang dulu mudah dicari kini sangat sulit ditemui. Biasanya, Bapak Suparji mencari tanah liat di daerah sekitar rumahnya. Akan tetapi, hari-hari ini sudah tidak ada tanah liat lagi di sekitar rumahnya. Itu juga mengehentikan proses produksi gerabah selain karena faktor cuaca.
            Pembuatan gerabah ini memerlukan waktu 15 hari atau bahkan lebih. Yang paling lama dalam proses ini adalah penjemuran. Dalam pembuatan gerabah, Bapak Suraji dibantu oleh Erna, putrinya. Usaha pembuatan gerabah ini merupakan usaha yang diturunkan dari orang tua Bapak Suraji.  Para pembelinyapun tetap banyak hingga sekarang. BIasanya para pembeli itu merupakan pemilik warung-warung makan kecil yang lebih suka menggunakan angklo, sejenis kompor dari tanah liat yang berbahan bakar arang. Harga satu angklo adalah Rp3000,00. Jika banjir pesanan maka Bapak Suraji akan mendapat banyak untung. Selain angklo, beliau juga mebuat lemper, dan pot untuk bunga anggrek.
            Ketika menghadapi kesulitan-kesulitan dalam produksi gerabah, belum sekalipun usaha Bapak Suraji mendapatkan bantuan dari pemerintah. Rumah di samping Bapak Suraji yang juga menggeluti usaha  gerabah telah mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam segi permodalan maupun teknis. Hal itu sangat disayangkan oleh Bapak suraji. “Sama-sama usaha, tapi Cuma kami yang tak dapat bantuan,” begitu tutur Bapak Suraji. Bapak Suraji sangat mengharapkan pemerintah memberika perhatian terhadap usahanya. Kalau kesulitan dalam bahan baku ini tidak cepat teratasi, maka Bapak Suraji bisa memastikan usahanya akan berhenti. Beliau juga belum tahu akan bekerja apa sesudah ini. Keahlian Bapak Suraji hanyalah membuat gerabah. Semoga usaha pemerintah lebih memperhatikan usaha-usaha kecil yang menjadi penopang hidup masyarakatnya. (kk).

Tongkongan Manda Lolos

2 komentar




Berharap: Salah satu dari Tim Mading MAN Kediri 2


                 KEDIRI- Alhamdulillah. Itulah kata yang yang paling tepat diucapkan oleh Tim Perang Mading Manda saat ini. Lolosnya tim Manda dalam Final Party Perang Mading School Contest VI memang patut disyukuri. Setelah seminggu bekerja keras dalam pembuatan mading, akhirnya terbayar juga. Pengumuman Finalis Perang Mading memang baru diumumkan kemarin malam (20/03) di akun resmi Radar Kediri. “Saya mengetahui pengumumannya itu malah dari teman saya,” tutur salah satu anggota tim Mading Manda, Dwi Nur Fitriani yang ketika diwawancarai tidak dapat menyembunyikan rona bahagia di wajahnya. Tim Mading Manda mengangkat konsep Tana Toraja dengan bentuk mading menyerupai rumah adat Tana Toraja yaitu Tongkongan. Lolosnya mading ini, tentunya akan menjadikan suatu harapan bagi seluruh anggota tim Mading Manda dan yang pasti seluruh warga Manda agar mading yang telah dibuat dapat menyabet juara di School Contest. Manda, we’ll support you!!(kk).